Cari Blog Ini

Minggu, 30 Desember 2012

Kepri island 0819 9122 1678

Bintan dan Batam : 

Objek Wisata di Kepulauan Riau

Pada bulan Desember, saya kebetulan berkesempatan untuk menjelajahi Pulau Bintan dan Batam (karena satu dan berbagai hal, catatan perjalanan ini baru bisa saya tulis sekarang). Kedua pulau ini berada di Provinsi Kepulauan Riau. Letaknya di pertemuan antara Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, bertetanggaan dengan Singapuran dan Pulau Lingga.


Letak Pulau Batam dan Bintan

Letak Pulau Batam dan Bintan
Ada apa di Pulau Bintan dan Batam? Bagi anda yang berdomisili di luar Pulau Sumatra, mungkin nama Pulau Bintan masih terdengar asing. Wisata budaya / sejarah dan wisata alam adalah dua andalan wisata dari Pulau ini. Bagi anda yang interest dengan sejarah dan budaya melayu, anda bisa ke Pulau Penyengat. Pulau ini terletak di depan pantai Tanjung Pinang. Di Pulau ini anda bisa melihat sejarah dan sastra melayu seperti Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali haji. Di Pulau ini juga terdapat Masjid Raya Sultan Riau yang dindingnya terbuat dari putih telur, makam para raja (termasuk Raja Ali Haji), Istana dan Benteng Pertahanan. Namun karena terbatasnya waktu dan dahulu kami sekeluarga sudah pernah kesana, maka pada kesempatan kali ini kami tidak menyempatkan diri kesana.
Tujuan utama kami ke Tanjung Pinang adalah untuk menikmati pantainya dan melakukan berbagai macam olahraga air. Tanjung Pinang memiliki pantai yang tidak kalah bagusnya dibandingkan daerah lain di Indonesia. Di Pulau ini juga anda bisa melakukan berbagai macam olahraga air. Mengenai hal ini akan saya tulis pada tulisan berikutnya. Sementara tujuan kami ke Batam adalah lebih karena alasan nostalgia. Dahulu kami sekeluarga pernah tinggal disana selama kurang lebih 2 tahun, sehingga kami ingin kembali melihat kota yang dulu pernah kami tinggali.
Tanjung Pinang 1

Tanjung Pinang 1
Perjalanan dimulai dengan pesawat twin propeller Fokker F50 maskapai Riau Airlines dengan tujuan Pekanbaru – Tanjung Pinang – Natuna. Pesawat mendarat di Bandara Raja Ali Haji Fisabillilah (dulunya bernama Bandara Kijang) di kota Tanjung Pinang (Ibu Kota Kepulauan Riau). Disana kami dijemput dengan mobil L300 milik resort yang telah kami booking terlebih dahulu. Kemudian kami langsung menuju sebuah pasar di daerah Temiang untuk makan siang. Pasar ini seperti Chinatown, hampir semua orang disana adalah keturunan Tionghoa. Meraka juga melakukan percakapan sesama mereka dengan bahasa mandarin yang kental. Bahkan koran dan televisi yang mereka lihat pun berbahasa mandarin. Buat anda yang seumur hidup belum pernah ke pesisir timur Sumatra, mungkin anda akan merasa sedang tidak berada di Indoensia saat itu.
Riau Airlines Fokker F50 Twin Propeller

Riau Airlines Fokker F50 Twin Propeller
Disana kami menuju kedai kopi “Santai” yang terkenal dengan masakan asam pedas kepala ikannya. Asam pedasnya memang punya cita rasa yang sedikit berbeda dengan asam pedas yang pernah saya makan. Asam pedas ini terasa lebih gurih. Rasanya merupakan kombinasi dari asam, manis, pedas dan asam yang pas. Lidah saya selalu meneteskan air liur setiap kali mengingat rasanya. Saya tidak begitu mengerti bumbunya apa, tapi yang jelas ada nanasnya. menurut saya ini cukup aneh, asam pedas adalah masakan orang melayu, akan tetapi asam pedas yang super enak ini dijual oleh keturunan Tionghoa.
Asam Pedas Kepala Ikan Maknyus

Asam Pedas Kepala Ikan Maknyus
Setelah makan siang, kami langsung menuju ke Bintan Agro Beach Resort di daerah Teluk Bakau. Resortnya cukup bagus, fasilitasnya lengkap dan terawat. Terlebih lagi resort ini letaknya langsung menghadap pantai yang indah. Fasilitas yang tersedia di resort ini antara lain kolam renang, berbagai macam olahraga air (Snrokling, SCUBA diving, canoeing. banana boating, dan Flying fish), lapangan sepak bola pantai, lapangan voli, dan peminjaman sepeda. Menurut Ayah saya, dari sekian banyak resort yang ada di sekitar Teluk Bakau, resort ini yang paling pas dari segi hargd dan fasilitas yang ditawarkan. Di Tanjung Pinang memang banyak terdapat resort, terutama di daerah Teluk Bakau, Pantai Trikora dan Lagoi. Jika kita jenuh dengan nuansa hotel, kita juga bisa memilih untuk home staying di Pulau Bintan.



Kolam Renang

Kolam Renang
Pantai Resort

Pantai Resort
Banana Boat dan Flying Fish Boat

Banana Boat dan Flying Fish Boat
Di Agro Beach Resort kami hanya sempat canoeing, cycling, bermanin-main voli, bermain sepak bola pantai, dan terakhir snorkeling. Untuk deskripsi mengenai pantai, saya akan khususkan di postingan berikutnya. Sementara ayah dan mama menyempatkan diri untuk dipijat refleksi di sebuah pondok di pinggir pantai. Amboi, bayangkan betapa enaknya. Dimanjakan dengan pijat refleksi dengan pemandangan indah ditambah dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Sebenernya ketika itu saya ditawari oleh ayah saya untuk direfleksi juga. Tapi waktu itu saya malu sama mbak-mbaknya, masa masih muda sudah dipijat segala, alhasil dinda jadi korban, dengan bayaran 20 ribu, saya minta dipijat dengan dia malamnya dikamar.

Pondok Refleksi

Pondok Refleksi
Pantai Resort lagi Surut

Pantai Resort lagi Surut
Canoe

Canoe

Setelah dari Agro Beach Resort, kami menuju Pantai Mana-mana di daerah Lagoi. Jalannya tidak besar, kira-kira lebarnya hanya hanya sebesar satu lajur jalan tol ditambah dua meter. Jalannya juga sepi, tidak banyak mobil yang lewat. Kami hanya berpapasan dengan mobil sekali dua kali. Kebanyakan mobil yang lewat adalah bertipe jip seperti land cruiser, atupun jip-jip dual kabin dengan bak dibelakang seperti jenis Mitusbishi Strada. Sekali-kali terlihat mobil truk proyek. Pertambangan bauksit adalah salah satu kegiatan perekonomian yang menjadi andalan Pulau Bintan. Kami jalan menyusur tepian pantai. Terkadang kami menembus hutan-hutan. Pemandangannya sangat indah. Semua masih begitu perawan, jauh dari campur tangan manusia. Benar-benar pemandangan yang langka. Menurut informasi dari ayah saya, ternyata sudah ada klub sepeda yang sering melakukan kegiatannya di daerah ini yang didirikan dan bermarkas di Singapura. Yah itulah yang banyak terjadi di negara kita. Yang sadar dan menikmati kekayaan alam negara kita justru orang lain.

Jalan dari Argo Resrot menuju Lagoi

Jalan dari Argo Resrot menuju Lagoi
Pemandangan di Teluk Bakau

Pemandangan di Teluk Bakau
Pemandangan Teluk Bakau 2

Pemandangan Teluk Bakau 2
Pemandangan Teluk Bakau 3

Pemandangan Teluk Bakau 3
Teluk Bakau Resort

Teluk Bakau Resort

Pantai mana-mana saat ini telah berubah nama menjadi Nirwana Beach Club. Nirwana Beach Club terletak di daerah Lagoi. Di daerah Lagoi banyak sekali terdapat resort-resort mahal yang kebanyakan dikunjungi oleh orang asing. Harga permalamnya ada yang mencapai $ 4.000. Saya tidak bisa membayangkan menginap di sebuah resort seharaga $ 4.000 perbulan, mungkin kalau gatal saja ada yang menggarukkan. Heheh… Kawasan ini memang benar-benar eksklusif. Pemasarannya memang ditargetkan untuk orang asing.
Orang asing tersebut hampir kebanyakan masuk dari Singapura. Dari Singapura mereka menyeberang dengan kapal feri langsung menuju Tanjung Pinang. Setelah saya googling, ternyata memang banyak agen-agen perjalanan di Singapura yang menawarkan paket perjalan ke Tanjung Pinang ini. Lagi-lagi saya miris, Tanjung Pinang itu wilayah Indonesia, tapi kenapa justru orang Singapura yang banyak meraup keuntungan? Bahkan investor dari resort-resort tersebut pun berasal dari Singapura. Bahkan di sini kita bisa membayar dengan menggunakan mata uang Singapura, benar-benar menyedihkan. ckckkc
Di Nirwana Beach Club kami melakukan berbagai macam olahraga air. Di sini saya melepaskan hasrat dan obsesi saya untuk menyetir kapal dengan mengendarai Jet Ski. Nirwana Beach Club tidak begitu ramai seperti Pantai Nusa Dua di Bali. Oleh karena itu, kesempatan untuk mengendarai Jet Skinya pun bisa lebih lama. Waw, saya benar-benar sangat senang ketika itu, menerjang ombak dengan menggunakan Jet Ski, sudah obsesi saya sejak lama. Selain itu kami juga menyempatkan diri untuk bermain Banan Boat dan Canoeing.
Nirwana Beach 1

Nirwana Beach 1
Nirwana Beach 2

Nirwana Beach 2
Bermain Jet Ski

Bermain Jet Ski
Setelah dari Nirwana Beach Club kami menuju Tanjung Uban untuk menyebrang menggunakan feri menuju Telaga Pungkur, Batam. Di Batam kami melakukan kegiatan nostalgia. Kami dahulu pernah tinggal di Batam pada tahun 1993 – 1994. Saya dan Abang saya sempat bersekolah SD disana, sementara Affan sempat TK. Waktu itu kami menuju daerah Sekupang dimana kami tinggal. Kami melihat rumah kantor ayah saya yang dulu kami tempat. Setelah itu kami sempat berkunjung ke TK Affan dan SD Kartini I yang merupakan tempat saya dan Abang saya bersekolah. terakhir kami mengunjungi kantor Dinas PU tempat ayah saya berkerja dulu.
Kapal Motor untuk Menyeberang ke Batam

Kapal Motor untuk Menyeberang ke Batam
Selain itu kami juga menyempatkan diri untuk berputar-putar di Nagoya. Kawasan yang dulu terkenal sebagai tempat membeli barang-barang elektronik ini tampaknya saat ini tidak lagi begitu ramai. Barang-barang elektroniknyapun tidak begitu variatif. Harganyapun tidak begitu bersaing dengan Glodok ataupun Roxy. Batam memang sudah tidak seramai dulu lagi. Kami di Batam hanya satu malam. Pada keesokan harinya kami pun menuju Bandar Udara Hang Nadim untuk kembali pulang. Ayah, Mama, dan Dinda kembali menuju Pekanbaru, sementara Saya, Bang Ashri dan Affan langsung menuju Jakarta untuk kembali ke Bandung dan berkuliah seperti Biasanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar